Lahan tambang di seluruh dunia diperkirakan seluas 100.000 km2, sebuah luasan yang lebih besar dibandingkan dengan Negara Austria.

Sekitar 4 juta pekerja tambang legal dan 104 juta penambang tak terikat perusahaan terlibat dalam semua proses ekstraksi mineral dalam bumi ini.

Apa yang akan terjadi jika serentak aktivitas penambangan dihentikan secara serentak?

PADA MINGGU KE-1

Dengan begitu keberadaan internet yang sebagian besar masih bergantung pada keberadaan listrik secara otomatis akan dikurangi secara berkala atau bahkan akan dicut-off total.

PADA BULAN KE-2

PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN

Penggunaan pembangkit listrik energi terbarukan akan mulai digunakan. Namun penggunaan energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya lama kelamaan akan melemah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dunia dengan angka yang sangat besar.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

Bendungan air yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air juga akan mengalami penurunan performa karena minimnya bahan maintenance konstruksi sebab tambang sirtu sudah mengalami penurunan drastis pada minggu-minggu pertama, serta besi, baja, dan logam sudah susah ditemukan.

PADA BULAN KE-7

PEMANFAATAN LIMBAH ELEKTRONIK

Limbah elektronik yang menggunung di perkotaan menjadi sangat perharga. Para peneliti akan melakukan eksperimen daur ulang dan optimalisasi limbah elektronik menjadi barang berharga yang bisa dimanfaatkan kembali.

 

Semua ini hanyalah gambaran, tentu saja belum pernah terjadi karena pertambangan masih berjalan sampai saat ini. Namun setelah dipahami lebih dalam, kehidupan kita tidak dapat jauh-jauh dari hasil tambang.

 

 

BACA JUGA: 3 TUGAS UTAMA GEOLOGIST DI TAMBANG

Seorang profesional yang mempelajari ilmu geologi, struktur, komposisi bumi, hingga sejarahnya disebut dengan Geologist. Geologist mempelajari berbagai aspek geologi seperti batuan, mineral, struktur geologi, proses geologi, dan masih banyak lagi hal tentang kebumian yang dipelajari.

Namun apa saja peran geologist khususnya dalam sektor pertambangan? Apakah hanya akan melakukan eksplorasi saja?

Berikut adalah 3 peran penting geologist dalam industri tambang yang wajib diketahui!

  1. Exploration

    Dalam hal eksplorasi, geologist memiliki peran kunci untuk menemukan sumber daya alam seperti mineral atau batubara melalui beberapa kegiatan seperti:

    • Regional mapping
    • Geochemical survey
    • Geophysical survey, hingga
    • Scout drilling dan langsung menginterpretasikan data-data yang telah didapatkan.
  2. Resource Development

    Setelah mendapatkan data, geologist akan lanjut untuk melakukan evaluasi kualitas dan jumlah untuk kemudian digunakan sebagai acuan dalam menentukan metode dan rencana penambangan yang tepat.

    Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:

    • Detail mapping
    • Resource drilling
    • QA/QC and data analysis
    • 3D modelling
    • Resource estimation
  3. Production

    Peran utama mine geologist adalah pada bagian production, tugas utama yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

    • Sampling and grade control
    • Ore blocking
    • Reconciliation
    • Ore spotting
    • Stockpile management
    • Acid rock drainage management

Jadi bukan hanya dalam kegiatan eksplorasi saja, namun kegiatan evaluasi, pengembangan, hingga reklamasi tambangpun semua melibatkan peran geologist di dalamnya.

Dengan pemahaman seorang geologist tentang pengelolaan sumberdaya dan perlindungan lingkungan maka perusahaan tambang bisa berjalan dengan lancar, profit, dan tidak merugikan lingkungan.

 

BACA JUGA: 15 TUGAS DRILL AND BLAST ENGINEER DI TAMBANG

Penggantian/replacement alat berat harus dipikirkan secara matang oleh perusahaan tambang mengingat harga yang tidak murah di pasaran.

Namun jika mengalami kerusakan yang berulang, apakah masih bisa dipertahankan?

Ada 4 hal yang wajib menjadi pertimbangan perusahaan ketika akan melakukan replacement alat berat, diantaranya yaitu:

  1. Penurunan Performa
    Biasanya disebabkan karena faktor usia alat berat yang sudah tua sehingga menyebabkan efisiensi produksi menurun. Apabila tidak diganti justru akan memakan biaya perawatan atau maintenance yang lebih besar.
  2. Perubahan Lingkungan Kerja
    Lingkungan kerja yang dimaksud adalah kondisi tambang atau metode penambangan. Misal perubahan metode penambangan yang awalnya open pit menjadi underground mining atau sebaliknya. Sebab beberapa alat tidak cocok digunakan di lingkungan kerja yang berbeda.
  3. Kemajuan Teknologi
    Semakin hari akan semakin banyak teknologi -teknologi canggih terbaru yang bisa menawarkan berbagai macam keunggulan mulai dari produktivitas, bahan bakar ramah lingkungan, dan sebagainya sehingga perusahaan perlu melakukan replacement demi kelancaran dan efisiensi operasional.
  4. Biaya Replacement
    Masing-masing perusahaan memiliki acuan perhitungan budgeting atau opportunity cost yang menentukan apakah alat berat akan dilakukan replacement atau maintennace. Keputusan ini akan dibuat berdasarkan perhitungan yang dirasa paling ekonomis untuk perusahaan.

Tujuan dari replacement alat berat ini tidak lain adalah untuk menyediakan peralatan berat yang mutakhir sesuai dengan perkembangan teknologi demi terlaksananya kegiatan produksi. Selain itu ada kalanya biaya perawatan melambung lebih tinggi dibandingkan biaya pembelian unit baru sehingga penggantian atau replacement alat berat bisa menjadi pertimbangan.

Baca Juga: Aktivitas Pit to Port Tambang Batubara, Ada Apa Saja?

Dalam rangka menghancurkan batuan menjadi ukuran yang lebih sederhana, salah satu metode yang lazim digunakan dalam industri pertambangan adalah metode peledakan/blasting/biasa disebut dengan drill and blast (pengeboran dan peledakan. Batuan di area tambang akan diledakkan supaya ukuran materialnya menjadi lebih kecil dan lepas sehingga mempermudah proses handling operasional selanjutnya.Namun kegiatan ini tidak selamanya berlangsung dengan mulus ya, ada beberapa faktor yang bisa menggagalkan peledakan atau sekedar menurunkan efisiensinya.

Apa saja? Yuk kita simak.

  1. FAKTOR PRODUK
    Kualitas bahan peledak yang terkontaminasi dengan udara, air, atau sudah melewati tanggal kadaluwarsa akan menyebabkan kualitas peledakan menurun. Produk yang digunakanpun harus disesuaikan dengan kondisi geologi dan batuan yang akan diledakkan.
  2. FAKTOR DESAIN
    Diameter lubang ledak yang terlalu kecil, bahan peledak tidak menyebar merata, akan menyebabkan ledakan tidak terjadi secara maksimal.
  3. FAKTOR KONDISI BATUAN
    Kondisi batuan yang terlalu keras/terlalu rapuh/kondisi batuan yang berubah-ubah akan mempengaruhi responnya terhadap ledakan. Kondisi batuan yang tidak sama ini perlu disiasati dengan pengaturan kekuatan ledakan secara teliti.
  4. FAKTOR TRANSPORTASI
    Kesesuaian kendaraan pengagkut, kondisi rute jalan, dan penanganan bahan peledak selama proses pemindahan atau pengangkutan juga sangat berpengaruh.

    Sebab bisa berpotensi untuk bergesekan satu sama lain, dan kontak dengan udara serta air yang dapat menurunkan kualitas bahan peledak.
  5. FAKTOR PENYIMPANAN/INVENTORY
    Gudang handak tempat penyimpanan bahan peledak wajib memiliki kondisi suhu, sirkulasi udara, jarak dengan dinding, dan sistem first in first out yang baik supaya kualitas bahan peledak tetap terjaga.
  6. FAKTOR PENANGANAN/HANDLING
    Kesalahan design, minimnya pengetahuan tentang produk bahan peledak, ketelitan perangkaian alat ledak juga akan menjadi sangat fatal dalam proses blasting.
  7. FAKTOR CUACA
    Faktor yang tidak bisa diprediksi yaitu cuaca buruk seperti hujan dan angin kencang, yang dapat mengganggu ledakan dan membuatknya kurang efektif. Sehingga waktu peledakan harus sangat dipertimbangkan.

Semua faktor yang telah disebutkan di atas harus diperhatikan dengan cermat untuk memastika keberhasilan aktivitas blasting dan tentu saja keselamatan para pekerja tambang.

 

Baca Juga: 15 Tugas Drill and Blast Engineer Dalam Industri Tambang

Pada tanggal 10 Maret 1906

Terjadi ledakan besar di sebuah tambang di Courrières, Perancis. Ledakan ini menjadi salah satu bencana tambang terparah dalam sejarah Eropa, dan menewaskan lebih dari 1.060 pekerja tambang. Tambang Courrières adalah tambang batu bara terbesar di Eropa pada saat itu, dan menyediakan pekerjaan bagi ribuan orang di daerah sekitarnya. Pada tanggal 10 Maret 1906, sekitar pukul 6 pagi, sebuah ledakan besar terjadi di tambang tersebut. Ledakan ini disebabkan oleh percikan api yang menyala di salah satu lubang tambang, yang kemudian menyebabkan terjadinya ledakan gas metana yang terkumpul di dalam tambang.

Ledakan tersebut menyebabkan runtuhnya banyak ruang tambang dan terjadinya kebakaran di tambang. Lebih dari 1.060 pekerja tambang yang sedang bekerja di dalam tambang saat itu terjebak dan tidak bisa keluar. Kebanyakan dari mereka tewas akibat asap beracun dan kekurangan oksigen. Para penyelamat datang untuk membantu para pekerja yang terjebak, tetapi upaya mereka terhambat oleh kebakaran yang masih terus berlangsung di dalam tambang. Upaya penyelamatan tersebut juga terhambat oleh kurangnya peralatan dan teknologi yang memadai untuk mengevakuasi para korban.

Bencana tambang Courrières menjadi bencana tambang terparah dalam sejarah Eropa.

Lebih dari 1.060 orang tewas, termasuk banyak anak di bawah umur yang bekerja sebagai penjaga pintu tambang. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka dalam bencana tersebut. Setelah bencana tersebut, pemerintah Prancis mengeluarkan undang-undang baru untuk memperketat standar keamanan di tambang. Undang-undang ini memperkuat persyaratan untuk melaporkan ledakan atau kecelakaan tambang, dan juga memperketat inspeksi tambang untuk memastikan keamanan para pekerja tambang.

Meskipun demikian, bencana tambang Courrières tetap menjadi peringatan akan bahaya yang dihadapi oleh para pekerja tambang di seluruh dunia. Ledakan gas metana dan kebakaran masih menjadi ancaman serius bagi para pekerja tambang, dan perlu ada upaya terus-menerus untuk memperkuat keamanan di tambang dan melindungi para pekerja.

Baca Juga: Penpuan Tambang Terbesar di dunia terjadi di Indonesia

Pemerintah mengeluarkan regulasi terbaru untuk Harga Batubara Acuan (HBA) yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No.41.K/MB.01/ MEM.B/2023 Tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan Untuk Penjualan Komoditas Batubara yang ditandatangani Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 27 Februari 2023.

Ada 3 formula HBA yang tertuang dalam Kepmen tersebut.

1. Harga Batubara Acuan

(dalam kesetaraan nilai kalor 6.322 kcal/kg GAR, Total Moisture 12,58%, Total Sulphur 0,7% dan Ash 7,58%) sebagai berikut:

HBA = (0.7Pm)+(0.3Pm-1) [US$/ton]

Keterangan:

2. Harga Batubara Acuan I

(dalam kesetaraan nilai kalor 5.200 kcal/kg GAR, Total Moisture 23,12%, Total Sulphur 0,769% dan Ash 6%) sebagai berikut:

HBA I= (0.7Pm)+(0.3Pm-1) [US$/ton]

Keterangan:

3. Harga Batubara Acuan II

(dalam kesetaraan nilai kalor 4.200 kcal/kg GAR, Total Moisture 35,29%, Total Sulphur 0,2% dan Ash 4,21%) sebagai berikut:

HBA II= (0.7Pm)+(0.3Pm-1) [US$/ton]

Keterangan:

Penetapan regulasi HBA terbaru diatas dimaksudkan agar mengurangi perbedaan harga HBA yang sebelumnya didaskan index batubara Australia, padahal secara kualitas batubara Indonesia memiliki kadar yang berbeda. Akan tetapi terkait penetapan HBA terbaru diatas, pelaku usaha mesti mendapatkan penjelasan lebih lanjut dari pemerintah.

Baca Juga: Analisa Kualitas Batubara

PT Bawah Tanah Solusindo
Copyright © 2010 – 2023 All Rights Reserved
chevron-downchevron-down-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram